Saturday, November 24, 2007

Menikmati Musim Gugur di Jepang


JEPANG, meski sudah kaya raya (income per kapita lebih dari 33.000 dolar AS), masih saja berharap meraup devisa dari sektor pariwisata. Setiap tahun jutaan wisatawan asing diharapkan mengunjungi Negeri Matahari Terbit ini. Bahkan pada tahun 2010 mendatang, seperti ditulis dalam buku Japan Now Edisi 2007, pemerintah Jepang menargetkan kunjungan 10 juta wisatawan mancanegara. Untuk itu, lembaga pemerintah yang mengelola sektor kepariwisataan di Negeri Sakura ini mencanangkan promosi melalui slogan visit Japan campaign.
JEMBATAN di atas Sungai Hozu daerah pegunungan Arashiyama, sebelah barat kota Kyoto, Jepang. Pada zaman dulu, daerah Arashiyama merupakan daerah peristirahatan raja.*WIDODO ASMOWIYOTO/"PR"
"Kunjungan wisatawan asing ini bukan saja kami harapkan berdampak positif bagi perekonomian Jepang, tetapi juga kami maksudkan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat internasional terhadap negara, rakyat, dan kebudayaan Jepang," ujar Minoru Nakamura, Presiden Organisasi Pariwisata Nasional Jepang (Japan National Tourist Organisation-JNTO).
Para wisatawan bisa memilih daerah tujuan wisata baik alam, sejarah, tempat ibadah (kuil), pusat-pusat perbelanjaan, maupun wisata ilmu pengetahuan melalui museum. Termasuk museum milik perusahaan-perusahaan besar yang memajang berbagai produk awal hingga mutakhir. Ini semua dimaksudkan untuk menggambarkan perkembangan teknologi yang digunakannya sejak perusahaan berdiri hingga kini, dan bahkan berbagai produk konsep yang mungkin suatu saat kelak akan menjadi kenyataan.
Pemerintah Jepang tampak serius mengelola berbagai objek wisata berikut berbagai sarana menuju daerah atau lokasi tujuan wisata itu. Para wisatawan asing maupun domestik bisa dengan mudah memilih sarana transportasi seperti bus, kereta api, kereta api bawah tanah (subway), dan taksi. Mereka juga dapat memilih bermalam di hotel mewah, losmen, atau asrama mahasiswa yang bertarif murah. Para pengelola objek wisata di negara superkaya itu, umumnya mampu mewujudkan serta menjaga kebersihan yang membuat para tamu nyaman berkunjung. Boleh dibilang hampir tidak ada toilet di lokasi wisata yang dibiarkan kotor dan bau tak sedap. Umumnya tampak bersih. Para pengunjung tidak boleh sembarangan membuang sampah. Ini semua merupakan bukti bahwa Jepang merupakan negara yang mencintai kebersihan.
Menurut kalangan pemandu wisata, hanya diperlukan delapan hari untuk menjelajahi berbagai objek wisata di seluruh Jepang. Harap maklum, negara yang memiliki 6.800 pulau dengan lima pulau besar (Hokkaido, Honshu, Shikoku, Kyushu, dan Okinawa) itu, dari ujung paling utara (Soya Misaki di pulau Hokkaido) hingga ujung paling selatan (Haterumajima di pulau Okinawa) hanya berjarak 3.000 km. Sekalipun sering disebut sebagai negara kecil, Jepang dengan luas wilayah 377.800 km2 ternyata dua kali lebih besar dari Inggris.
Dengan berhemat, seorang wisatawan asing cukup mengeluarkan antara 5.000 - 10.000 yen (Rp 400.000,00 - Rp 800.000,00) per hari atau sekitar Rp 6,4 juta per delapan hari untuk biaya penginapan, makan, dan transportasi. Kalau saja target 10 juta wisatawan asing pada tahun 2010 tadi tercapai dan katakan saja setiap wisatawan membelanjakan Rp 6,4 juta (selama delapan hari di sana), kelak pemerintah Jepang akan meraup pendapatan sekitar Rp 64 triliun dari sektor pariwisata ini. Jumlah ini tentu saja belum termasuk pendapatan dari wisatawan dalam negeri, yang setiap akhir pekan, lebih-lebih pada musim gugur dan musim semi, dapat dipastikan selalu membanjiri berbagai objek wisata.
**
NEGARA berpenduduk sekitar 127 jiwa itu memiliki empat musim, yakni semi (Maret-Mei), panas (Juni-Agustus), gugur (September-November), dan dingin (Desember-Februari). Bagi wisatawan asing, musim gugur dan musim semi direkomendasikan sebagai saat-saat yang paling baik untuk melancong karena udaranya sejuk dan pemandangannya sangat indah dengan ditandai warna-warni daun pepohonan dan mekarnya berbagai jenis bunga.
Beruntung saya bersama 28 wartawan lainnya dari Indonesia dapat menyaksikan musim gugur selama lima hari di akhir Oktober lalu. Lawatan ini dalam rangkaian meliput pameran mobil internasional (Tokyo Motor Show 2007) atas undangan Daihatsu Motor Company. Suasana alam Jepang dapat saya saksikan dalam perjalanan menggunakan bus sejauh 60 km dari Bandara Narita ke Tokyo. Dari Tokyo ke Osaka naik kereta api supercepat Shinkansen, Osaka - Kyoto, dan beberapa lokasi wisata di pinggiran Kyoto.
Memang, suasana musim gugur 2007 di negara yang sebagian besar wilayahnya berupa pegunungan itu, mungkin akan terus saya kenang. Meski hanya lima hari, momentumnya sungguh tepat karena hari-hari itu adalah pertengahan musim gugur. Pemandangan alamnya indah. Udaranya sejuk (rata-rata 15 derajat Celsius) atau cenderung dingin bagi mereka yang biasa tinggal di daerah berhawa panas. Apalagi pada hari-hari itu kadang-kadang turun hujan. Rombongan kami seringkali harus menyiapkan payung sebelum bepergian.
Kenangan rasanya semakin sulit dilupakan karena pada hari terakhir sebelum kembali ke tanah air, kami juga piknik ke daerah Pegunungan Arashiyama di sebelah barat Kota Kyoto, atau sekitar dua jam perjalanan menggunakan bus dari hotel tempat kami menginap di Kota Osaka. Selama dalam perjalanan, dari balik kaca bus itulah suasana musim gugur di wilayah perkotaan maupun perdesaan dapat kami nimakti. Apalagi setelah rombongan berpindah naik kereta api "romantis" atau trem Sagano dari sebuah stasiun untuk menuju Arashiyama, sekitar 20 menit perjalanan ke arah lereng-lereng pegunungan di wilayah Arashiyama ini.
Pada pagi itu, trem Sagano yang terdiri atas lima gerbong, penuh oleh rombongan pelancong baik asing maupun domestik. Banyak di antaranya adalah para pelajar yang selalu ceria dan riuh selama dalam perjalanan.
Keindahan alam Arashiyama yang mirip pemandangan alam Jawa Barat inilah yang memotivasi pemerintah Jepang membangun jaringan rel kereta api wisata ke wilayah itu pada tahun 1991 silam. Kereta api tersebut diberi nama Sagano Sight-Seeing Tram atau Sagano Scenic Railway. Nama Sagano diambil dari salah satu nama daerah di wilayah itu yakni Saga dan sejak itu pula dikenal Stasiun Saga (stasiun terakhir khusus di jalur wisata gunung ini).
Stasiun sebelumnya adalah Arashiyama, Hazukyo, dan Kameoka.
Lokasi jalur trem wisata tersebut sengaja didekatkan agar --paling tidak untuk beberapa lokasi-- berdampingan dengan Sungai Hozu yang mengalir di lembah-lembah pegunungan dan dijadikan lokasi wisata dengan perahu. Lokasi jalur rel yang menanjak itu melewati enam terowongan dan sekali melewati jembatan (Togetsukyo) di atas Sungai Hozu. Dengan menggunakan kereta api yang jendelanya sengaja dibuat terbuka dan lebar di setiap gerbongnya itu, para pelancong dapat menikmati pemandangan alam, apalagi ketika tiba di jembatan Togetsukyo. Jembatan ini merupakan simbol keindahan alam daerah Arashiyama dan banyak penyair telah mengabadikannya lewat puisi.
Berhenti di Stasiun Arashiyama, para pengunjung kemudian mendaki bukit dan dapat menyaksikan "hutan bambu" yang arealnya membentang hingga wilayah Saga. Pohon-pohon bambu berwarna hijau itu sengaja dibuat tumbuh teratur, bukan merupakan rumpun-rumpun yang berjubel antara pohon induk dan anaknya seperti pohon bambu di Indonesia yang pemandangannya sulit dinikmati.
Perjalanan ke Pegunungan Arashiyama yang pada zaman dulu merupakan daerah peristirahatan raja ini, dapat pula ditempuh dengan menggunakan sepeda sewaan. Atau dapat pula menggunakan perahu untuk menyusuri Sungai Hozu yang airnya jernih. Para pengendara sepeda atau para penumpang trem Sagano dapat berhenti di lokasi tertentu untuk kemudian mendaki perbukitan atau menuruni lembah menuju Sungai Hozu. Pada kesempatan itu saya berpikir, sebetulnya Pemda Jawa Barat bersama beberapa Pemda Tingkat II di Provinsi Jawa Barat dapat membangun kawasan wisata seperti ini. Saya pun ingat, beberapa tahun lalu ketika sejumlah wartawan asing sedang berkunjung ke Bandung via daerah Puncak, mereka tak sungkan untuk memuji keindahan alam Jawa Barat. (Widodo Asmowiyoto/"PR")***

Sunday, November 11, 2007

Haruskah Lakukan ”Walimatussafar” Sebelum Berhaji?




KARENA Allah Mahasuci, maka siapa pun yang menghadap-Nya harus dalam keadaan suci pula. Kematian pada hakikatnya sebuah ritual makhluk yang menemui Sang Penciptanya. Maka, mayat sebelum dikuburkan harus dimandikan dan disucikan, sehingga saat menghadap kepada-Nya dalam keadaan suci.
Maka wajar pula saat memenuhi panggilan Allah untuk menjadi tamu-Nya (Dhuyufurrahman), kita datang ke tanah suci dalam keadaan suci. Kesucian yang menjadi prasyaratnya adalah suci lahir dan batin. Suci secara lahirian ditandai dengan pakaian ihram yang serba putih dan senantiasa bersuci saat melaksanakan semua ritual haji.
Sedangkan suci batin ditandai dengan menghentikan semua perbuatan fakhsya dan munkar, serta menggantinya dengan perbuatan baik (ma’ruf). Sebelum bertemu dengan Allah dalam haji, kita meminta ampun terlebih dahulu kepada-Nya atas semua salah dan dosa. Dengan cara seperti itu, maka kita akan menjadi tamu yang dicintai-Nya.
Sebagai manusia yang hidup tidak di alam yang hampa, kita juga melakukan banyak kesalahan terhadap keluarga, tetangga, handai tolan, kolega, dan sebagainya. Maka wajar pula jika kita meminta maaf atas semua kesalahan kita kepada mereka sebelum meninggalkan tanah air.
Untuk itu, kita perlu forum yang dapat digunakan untuk berpamitan sekaligus meminta maaf atas semua kesalahan. Caranya adalah walimatussafar atau pesta berpamitan untuk bepergian jauh. Anggota kerabat, tetangga, teman kantor, dan semua orang yang kenal biasanya hadir untuk memberikan selamat, sementara sang tuan rumah selalu meminta maaf atas semua kesalahan.
Menyelenggarakan walimatussafar seperti ini hukumnya sunat, dan sangat efektif dalam upaya membersihkan batin kita dari berbagai kesalahan terhadap sesama makhluk. Dalam praktiknya, kaum kerabat datang silih berganti selama berhari-hari, bahkan kadang berminggu-minggu. Karena memiliki banyak kolega, ada jemaah yang menggelar hajatan tiga hari tiga malam sebelum berangkat haji.
Menggelar walimatussafar seperti ini tentu tidak baik bagi kesehatan. Sebab, dia dapat menderita kelelahan. Apalagi, saat di asrama haji dia tidak mudah beristirahat karena selalu hiruk pikuk. Di pesawat pun tidak semua orang dapat menikmatinya dengan istirahat. Itulah sebabnya banyak jemaah yang jatuh sakit sebelum tiba di Arab Saudi, bahkan tidak mustahil gagal berangkat, karena menghadap kepada-Nya secara permanen.
Menghindari hajatan yang berlarut-larut, jemaah bisa mengudang para kerabat paling telat seminggu sebelum berangkat ke asrama haji. Dengan walimatussafar yang lebih dini, jemaah bisa memiliki waktu cukup untuk menyiapkan perbekalan dan dokumen-dokumen haji.
Saat di asrama haji, jemaah pun sebaiknya tidak perlu banyak menerima tamu. Sebab, di tempat ini jemaah mestinya benar-benar siap terbang, dengan kelengkapan dokumen serta ketenangan lahir dan batin. Untuk itu, asrama haji selalu menjaga ketat pintu gerbangnya. Kenyataannya, banyak sanak saudara yang mencuri-curi waktu menemui calon haji ini. (Wakhudin/”PR”)***

Friday, November 09, 2007

Mantan Pejuang Meratapi Kondisi Surabaya


Surabaya-RoL--Pemimpin Kota Surabaya dinilai mantan pejuang tidak mampu mempertahankan predikat Surabaya sebagai Kota Pahlawan. Mereka menilai kini Kota Surabaya telah berubah menjadi kota yang tidak pernah mempedulikan peninggalan sisa-sisa perjuangan Sabtu 10 November 62 tahun silam.Selain itu, pemimpin Surabaya dinilai juga tak mampu mengambil ruhnyapara pahlawan, guna menggerakkan pembangunan Kota Pahlawan yangberpihak pada rakyat tanpa menghilangkan saksi-saksi kebesaran sejarah yangwajib dilestarikan.
Sebagai penyandang julukan Kota Pahlawan, Surabaya dinilai telahmembunuh ruh kepahlawanan. Hamparan Kota Surabaya tanpa lagi menyandangidentitas kepahlawanannya.
Saksi sejarah perjuangan 10 November 1945, Kadaruslan, misalnya,melihat dengan hati sedih gerak pembangunan kota ini. Sekujur kota, dariujung Menanggal hingga Ujung Kamal, terhampar identitas kebarat-baratan.
''Sejarah kawasan Wonokromo sebagai kawasan hijau seperti green beltKadipaten Suroboyo semasa kepemimpinan Kanjeng Gusti Adipati Jayengronosaat ini telah berganti menjadi areal Darmo Trade Centre (DTC) yang''sok'' modern, tapi panas dan semrawut, '' katanya Jumat.
Cak Kadar menambahkan: ''Keindahan Stasiun Semut tidak dapat lagidinikmati kecuali dengan mata nelangsa. Bukannya saya anti atau nggak maumembangun kota secara fisik. Boleh, tapi pembangunan itu juga harusdisesuaikan dengan budaya yang kita punyai.''
Pada peringatan 10 November ini, lelaki ini, yang juga akrab dipanggilLan Pendek di kampungnya, mengingatkan Pemkot untuk segera melakukanperbaikan dengan cara kembali ke khittah Surabaya sebagai Kota Pahlawan.
Tidak ada kata terlambat, tegasnya. Cara yang diusulkan ialah denganmenyebar tetenger atau tanda tugu sebagai bentuk sosialisasi. Hal inisangat penting untuk menyegarkan kembali ingatan generasi penerus akancitra kota.
''Bukan kita memberhalakan tetenger (bukti sejerah) ya, tapi ini supayaanak turun kita ngerti apa itu, bahwa disini ada ini, ini kenapabegini? Begitu. Contohnya Jembatan Merah, siapa yang nggak kenal JembatanMerah, sampai internasional tahu Jembatan Merah, ada lapangan Jayengrono(Taman Jayengrono), ada gedung Internatio. Siapa yang nggak kenal tigatempat ini, karena di situ pertempuran berkecamuk sampai JenderalMallaby pun mati. Nah, itu hendaknya dirawat, diperbaiki, dikasih monumen,'' imbuhnya.
Keprihatinan serupa disampaikan putra Bung Tomo, Bambang Sulistomo.Menurutnya, watak arek Surabaya saat ini sudah tergerus oleh arusglobalisasi. Sayangnya, tidak ada pertahanan kuat yang dibangun olehpemerintah. Walhasil, sifat-sifat negatif saja yang terserap. Misalnya, sifatindividualisme yang menjadikan warga Surabaya tidak mau tahu kesusahanorang lain dan meninggalkan sifat asalnya yang memiliki solidaritastinggi. Begitu pula sifat konsumerisme yang menggejala membuat banyak orangmenjadi korup dan menghalalkan segala cara untuk mengeruk kekayaan.
''Kita harus bisa mengubah pola negatif itu minimal dari dirisendiri,'' tuturnya.
Dampak dari sifat-sifat buruk itu, yang terjadi di kota ini adalahkemiskinan masih menjadi hantu yang mengerikan. Lalu pengangguran yangberujung pada tingginya angka kriminalitas. ''Lihat saja, jalanan kota banyak ditemui pelacuran yang beroperasisecara terbuka, dan kasus-kasus kriminal yang silih berganti,'' tuturnya.
Pengamat perkotaan dari Unair, Dr Suparto Wijoyo, menilai jiwa ksatriawarga Surabaya saat ini sedang terkikis habis. Rakyat Surabaya terancamkehilangan jati dirinya. Warga dikepung penggila budaya yang konondianggap modern. Perumahan-perumahan mewah justru berdiri di tanah-tanahyang semula milik warga asli Surabaya.
Tanah-tanah pertanian itu telah ditanami gedung-degung perkantoran danpertokoan yang menantang langit. Pusat-pusat bisnis dilahirkan tanpakendali. Surabaya pun jadi belantara beton.
''Warga kecil dekil terus terkikis tanpa ampun. Tanah-tanah wargaterancam diserobot dengan dalih pembangunan. Aduh kok ngeri banget sayamembayangkan nasib Surabaya ke depan,'' sindirnya.pur

Thursday, November 08, 2007

Tradisi Lebaran


TRADISI Lebaran mempunyai akar teologi, jika tradisi itu dimaknai sebagai "sunnah hasanah" atau tradisi yang baik. Nabi mendorong umatnya untuk menciptakan inovasi-inovasi positif dan akan dipahalai inovator tersebut oleh sejumlah orang yang mengikutinya.

Tradisi tersebut tidak ditemukan dalam literatur Islam kontemporer. Istilah itu berawal untuk menyederhanakan teks keagamaan dalam konteks Idul Fitri dan tanpanya tidak ada tradisi yang khas muslim Indonesia itu.

Pengertian tradisi seperti ditulis oleh Muhammad Abed Al Jabiri dalam Al Turats Wal Hadatsah, adalah sesuatu yang hadir dan menyertai kekinian kita yang berasal dari masa lalu kita atau orang lain baik masa lalu jauh maupun dekat.

Karena definisi tradisi sebagai "sesuatu yang hadir, dan menyertai kekinian kita" maka mengangkat dan menyibukkan diri dengan tradisi adalah masalah yang absah dan bisa dibenarkan. Sebab, ia merupakan bagian esensial dari kebutuhan manusia itu sendiri untuk mengkaji dirinya dan mengembangkannya.

Manusia mempunyai tradisi yang erat dengan namanya. Penamaan manusia dengan kata al insan yang terambil dari kata uns yang berarti senang atau harmonis. Kita dapat memahami, pada dasarnya manusia berpotensi untuk menjalin hubungan harmonis terhadap sesamanya. Bila dosa itu dilakukan terhadap sesama manusia maka hubungan tersebut menjadi terganggu dan tidak harmonis. Namun, manusia akan kembali pada posisi semula (harmonis) pada saat dia menyadari kesalahannya dan berusaha mendekati yang pernah dia lukai hatinya.

Dalam momentum Idul Fitri ada sebuah tradisi Lebaran, yaitu menyelesaikan tugas suci pada bulan Ramadan.

Kita telah memiliki dan menambah modal takwa selama Ramadan untuk perjalanan mendatang dengan lapang dada (membuka pintu maaf yang lebar). Itulah sebabnya, Alquran Surah Al A'raf 199 mengajarkan agar seseorang itu memberikan maaf, mengajak kebaikan, serta berpaling dari sikap bodoh.

Namun, tradisi kita pada Idul Fitri adalah saling meminta maaf lahir batin. Apakah ini sejalan dengan pesan Alquran?

Jawablah adalah ya. Meminta maaf merupakan perbuatan mulia karena ada sebuah pesan Nabi bahwa setiap manusia pada dasarnyapembuat kesalahan. Dan, sebaik-baik pembuat kesalahan adalah meminta maaf baik kepada manusia maupun kepada Allah.

Dengan demikian, ada dua indikator tradisi Lebaran selain membayar zakat dan shalat. Pertama, meminta maaf sebagai indikator kemuliaan. Kedua, memberi maaf sebagai indikator kerendahan hati seseorang.

Silaturahmi menempati urutan terdepan dalam tradisi Lebaran di Indonesia. Banyak ongkos yang harus dibayar dalam silaturahmi Lebaran, yaitu pembayaran transportasi atau yang lain-lain. Pada hal silaturahmi itu dapat dilakukan di luar Idul Fitri. Namun, nuansa silaturahmi Lebaran berbeda dari hari biasa.

Sebagai sebuah tradisi, silaturahmi Lebaran mempunyai akar teologi Surah Muhammad 23: ''Jika kamu berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan dan memutuskan hubungan kekeluargaan."

Pesan Tuhan ini disampaikan kepada mereka yang berkuasa karena mereka dapat dengan mudah menggunakan kekuasaan secara berlebihan dan berpaling dari kerabatnya karena terdorong ketamakan duaniawi selain mempunyai akses untuk memberi bantuan. Kata silah dalam bahasa Arab memiliki arti perhubungan, jika dirangkai dengan kata rahim menjadi silaturahim (bentuk baku dalam bahasa Indonesia adalah silaturahmi) merupakan kata majemuk yang melambangkan suatu tujuan memberikan kebajikan, memberikan pertolongan dan pemeliharaan-pemeliharaan terhadap keluarga. Dengan demikian, silaturahmi itu dibangun untuk memberi bantuan kepada mereka yang membutuhkan.

Sebagai sebuah tradisi Lebaran yang dilakukan umat Islam Indonesia, sesungguhnya dibangun dalam sebuah metodologi. ''Sesuatu yang ditetapkan atas sebuah tradisi nilainya sama dengan ketetapan nash.'' Artinya, pada saat Lebaran jika kita tidak bersilaturahmi kepada orang tua, kerabat, dan sanak saudara, dalam pandangan Alquran termasuk kategori orang yang berhati keras dan membatu. Karena pesan Nabi, yang disebut qothi atau pemutus hubungan silaturahmi adalah orang yang enggan beranjangsih atau bersilaturahmi. (14j)

- Penulis adalah dosen FAI Unissula Semarang.

Tunaikan Zakat Fitri

IBNU Abbas berkata, ''Rasulullah Saw. mewajibkan zakat fitri sebagai pencuci bagi orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan tutur kata yang keji, dan menjadi makanan bagi orang miskin. Barangsiapa menunaikan sebelum shalat id, maka itulah zakat yang diterima. Dan barangsiapa menunaikannya sesudah shalat (id), maka itu suatu sedekah biasa.'' (HR Abu Daud dan Ad-Daraquthni)

Memetik Stroberi di Ciwidey


Kawasan wisata Ciwidey di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, kini punya daya tarik lain. Tempat itu tidak lagi hanya menyuguhkan panorama yang eksotik, tetapi juga sudah dilengkapi dengan wisata agro.

Memang, beberapa obyek wisata yang terletak di antara Kecamatan Ciwidey dan Rancabali dikenal sebagai primadona pariwisata di Bandung Selatan dengan obyek wisata Kawah Putih Ciwidey, Situ Patengan, maupun Pemandian Air Panas Cimanggu.

"Menurut perhitungan, seorang wisatawan akan segera bosan dalam waktu dua jam di dalam obyek wisata alam yang tanpa aktivitas alias diam. Bahkan, bila tidak ada kegiatan lain yang ditawarkan, rasa bosan bisa datang lebih cepat dari dua jam," papar Kepala Seksi Obyek dan Daya Tarik Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bandung Yoharman Syamsu.

Untuk memberi kesan yang unik bagi wisatawan, di obyek wisata Ciwidey kini dikembangkan agrowisata stroberi, yaitu di Kecamatan Ciwidey, Rancabali, dan Pasirjambu.

Letaknya di sepanjang jalur menuju obyek wisata alam Ciwidey. Harapannya, agrowisata ini mampu penjadi ciri khas yang menguatkan obyek wisata alam sehingga wisatawan yang datang ke Kawah Putih bisa mampir dan merasakan pengalaman yang berbeda.

Sama dengan agrowisata di Kota Batu, Jawa Timur, yang menawarkan agrowisata petik apel langsung, wisatawan di Ciwidey itu juga diperbolehkan memetik langsung stroberi di kebun-kebun milik petani. Mereka bebas mengelilingi kebun yang dipenuhi ratusan tanaman stroberi.

Mereka bisa mengambil buah berdasarkan warna yang merah atau ukuran yang besar. Setelah merasa cukup, buah hasil petikannya diserahkan kepada pihak pengelola wisata alam tersebut untuk ditimbang dan dibayar.

Harganya mencapai Rp 25.000-Rp 35.000 per kilogram. Buah yang telah dibeli itu bisa dibawa untuk oleh-oleh atau camilan di tengah jalan atau bisa langsung diblender untuk dijadikan jus.

Kawasan wisata Ciwidey ini terletak sekitar 25 kilometer arah selatan Kota Bandung. Untuk menuju kawasan wisata agro tersebut, wisatawan bisa mengambil arah menuju Kawah Putih Ciwidey karena lokasinya beberapa kilometer sebelum kawah.

Jalur terdekat menuju Kecamatan Ciwidey, dari Kota Bandung kita mengambil jalan lewat Jalan Raya Kopo melalui Kecamatan Margahayu. Jalur lain yang bisa ditempuh dari Kota Cimahi adalah melalui Kecamatan Leuwigajah. Dua jalur ini akan bertemu di Kecamatan Soreang.


Kalau memilih jalur yang melalui Kecamatan Leuwigajah, jalan yang dilewati memang lebih lapang. Namun, pengguna jalan harus pandai-pandai menghindari lubang menganga di beberapa titik.

Di Soreang, perjalanan akan lebih menyenangkan karena badan jalan lebih lega di samping pemandangannya yang menawan dan menyegarkan. Lahan- lahan terbuka yang belum banyak bangunan di sepanjang jalur itu menyajikan pemandangan asri.

Di Kecamatan Pasirjambu, kebun-kebun stroberi mulai terlihat. Tiap kebun mempunyai ciri khas, baik dari bangunan maupun panorama yang menjadi latar belakang kebun. Wisatawan bisa memilih kebun stroberi yang mereka kunjungi.

Hal yang ditawarkan di semua kebun stroberi umumnya suasana asri yang didukung panorama Gunung Patuha sebagai latar belakang. Lingkungan yang masih terjaga membuat wisatawan akan betah. Udara terasa segar yang tentu jauh dari polusi seperti di kota besar.

Produk olahan

Di setiap kebun juga dijual berbagai produk olahan berbahan dasar stroberi, seperti dodol, sirop, dan selai. Produk olahan ini dibuat agar bisa dijadikan buah tangan karena umurnya lebih lama daripada buah segar.

Produk olahan berupa dodol, sirop, dan selai ini diproduksi oleh satu kelompok petani yang tergabung dalam satu koperasi dengan label "Yuriberri". Dalam sehari, produksi stroberi yang diserap rata-rata hanya 25 kg.

Sedangkan sebagian besar produksi buah stroberi para petani Ciwidey ini, setelah dikemas dalam plastik, dipasarkan ke pasar-pasar swalayan, seperti di Bandung, Bogor, dan Jakarta.

Yoharman menambahkan, yang ditawarkan dalam agrowisata stroberi petik sendiri adalah pengalaman unik yang bisa dirasakan wisatawan. Seorang wisatawan bisa mendapatkan pengalaman berbeda dengan wisatawan lain yang berada di tempat dan waktu yang sama.

Alasannya, pengalaman seseorang mencari buah stroberi yang dinilai paling bagus dan rasa puas menemukan serta memetik sendiri buah dari masing- masing orang tidak sama.

"Ada puluhan kebun stroberi milik petani di sini. Menurut catatan kami, cukup banyak wisatawan yang datang kembali ke tempat wisata ini satu bulan kemudian. Biasanya yang semula datang rombongan kini datang dengan keluarganya, tetapi bisa juga terbalik," papar Yoharman.

Data pihak pariwisata Kabupaten Bandung menunjukkan, 63 persen wisatawan yang datang ke Bandung mengunjungi wisata stroberi itu. Agrowisata stroberi juga semakin dikenal ketimbang alamnya.

Tak ada data resmi menyangkut jumlah pengunjung agrowisata stroberi di Ciwidey karena para pengunjung agrowisata sebagian besar adalah juga pengunjung obyek wisata alam Kawah Putih Ciwidey. Data kasar menyebutkan, pada hari libur rata-rata pengunjung bisa mencapai 35.000 orang, sedangkan pada hari biasa mencapai sekitar 3.000 orang.

Tahun 2006 ini, ujar Yoharman, bisa dikatakan sebagai booming agrowisata stroberi. Buktinya, makin banyak lahan pertanian sayur yang berubah menjadi perkebunan stroberi dan diikuti dengan petaninya, produksi buah stroberi yang meningkat, pengunjung yang kian membeludak, dan ada sejumlah pembangunan fasilitas umum meski belum tuntas seluruhnya.

Yoharman optimistis wisata petik sendiri ini akan bertahan lama dan sulit ditiru daerah lain. Salah satu penjelasannya adalah faktor local genius. Sekitar 40 kebun yang ada di tiga kecamatan ini dikelola sendiri oleh petani sehingga bila ada wisatawan yang datang lebih terasa seperti mengunjungi kebun petani. Pengalaman "kembali ke alam" inilah yang sulit ditiru di daerah cekungan Bandung lainnya.

Rasa khas

Kenapa pilihannya stroberi? Ketua Kelompok Mitra Tani Doddy Abdurrahman, yang memperkenalkan wisata stroberi petik sendiri, mengemukakan, ada beberapa alasan. Misalnya, nama buah itu sudah dikenal secara internasional, cara memakannya pun praktis, dan buah tersebut dikenal mengandung zat yang mampu mengurangi risiko kanker.

Selain itu, daerah Ciwidey yang berbentuk pegunungan memenuhi syarat tumbuh stroberi, seperti ketinggian, suhu, dan kelembaban. Satu hal yang tak kalah pentingnya adalah usaha tersebut didukung sumber daya petani yang berjumlah 137 orang. Jumlah itu merupakan peningkatan pesat dari awal pelaksanaan agrowisata pada tahun 2001, yakni hanya beberapa petani.

Produksi buah stroberi, lanjut Doddy, rata-rata mencapai dua ton hingga lima ton per hari, bergantung pada cuaca. Produksi buah stroberi lebih bagus pada musim kemarau karena lebih terhindar dari kemungkinan daun rontok akibat terkena air hujan. Tanaman stroberi panen setiap dua hari. Artinya, kelangsungan produksi bisa menjamin ketersediaan stroberi untuk diolah maupun untuk agrowisata.

"Ciri khas sekaligus keunggulan stroberi adalah rasanya yang manis bercampur masam. Rasa inilah yang membuat para penggemarnya selalu ketagihan," ujar Doddy.

Semua hal itulah yang membuat dia memutuskan untuk memopulerkan buah stroberi. Sulitnya meniru tempat budidaya stroberi membuat jumlahnya jarang melebihi permintaan sehingga sering kali harganya terjamin.

Rasanya kurang lengkap jika kita berkunjung ke Bandung tidak meluangkan waktu sejenak untuk mengunjungi wisata stroberi tersebut. Cobalah cari dan petik sendiri buah itu, tentunya akan ada pengalaman yang tak terlupakan....