Sunday, November 11, 2007

Haruskah Lakukan ”Walimatussafar” Sebelum Berhaji?




KARENA Allah Mahasuci, maka siapa pun yang menghadap-Nya harus dalam keadaan suci pula. Kematian pada hakikatnya sebuah ritual makhluk yang menemui Sang Penciptanya. Maka, mayat sebelum dikuburkan harus dimandikan dan disucikan, sehingga saat menghadap kepada-Nya dalam keadaan suci.
Maka wajar pula saat memenuhi panggilan Allah untuk menjadi tamu-Nya (Dhuyufurrahman), kita datang ke tanah suci dalam keadaan suci. Kesucian yang menjadi prasyaratnya adalah suci lahir dan batin. Suci secara lahirian ditandai dengan pakaian ihram yang serba putih dan senantiasa bersuci saat melaksanakan semua ritual haji.
Sedangkan suci batin ditandai dengan menghentikan semua perbuatan fakhsya dan munkar, serta menggantinya dengan perbuatan baik (ma’ruf). Sebelum bertemu dengan Allah dalam haji, kita meminta ampun terlebih dahulu kepada-Nya atas semua salah dan dosa. Dengan cara seperti itu, maka kita akan menjadi tamu yang dicintai-Nya.
Sebagai manusia yang hidup tidak di alam yang hampa, kita juga melakukan banyak kesalahan terhadap keluarga, tetangga, handai tolan, kolega, dan sebagainya. Maka wajar pula jika kita meminta maaf atas semua kesalahan kita kepada mereka sebelum meninggalkan tanah air.
Untuk itu, kita perlu forum yang dapat digunakan untuk berpamitan sekaligus meminta maaf atas semua kesalahan. Caranya adalah walimatussafar atau pesta berpamitan untuk bepergian jauh. Anggota kerabat, tetangga, teman kantor, dan semua orang yang kenal biasanya hadir untuk memberikan selamat, sementara sang tuan rumah selalu meminta maaf atas semua kesalahan.
Menyelenggarakan walimatussafar seperti ini hukumnya sunat, dan sangat efektif dalam upaya membersihkan batin kita dari berbagai kesalahan terhadap sesama makhluk. Dalam praktiknya, kaum kerabat datang silih berganti selama berhari-hari, bahkan kadang berminggu-minggu. Karena memiliki banyak kolega, ada jemaah yang menggelar hajatan tiga hari tiga malam sebelum berangkat haji.
Menggelar walimatussafar seperti ini tentu tidak baik bagi kesehatan. Sebab, dia dapat menderita kelelahan. Apalagi, saat di asrama haji dia tidak mudah beristirahat karena selalu hiruk pikuk. Di pesawat pun tidak semua orang dapat menikmatinya dengan istirahat. Itulah sebabnya banyak jemaah yang jatuh sakit sebelum tiba di Arab Saudi, bahkan tidak mustahil gagal berangkat, karena menghadap kepada-Nya secara permanen.
Menghindari hajatan yang berlarut-larut, jemaah bisa mengudang para kerabat paling telat seminggu sebelum berangkat ke asrama haji. Dengan walimatussafar yang lebih dini, jemaah bisa memiliki waktu cukup untuk menyiapkan perbekalan dan dokumen-dokumen haji.
Saat di asrama haji, jemaah pun sebaiknya tidak perlu banyak menerima tamu. Sebab, di tempat ini jemaah mestinya benar-benar siap terbang, dengan kelengkapan dokumen serta ketenangan lahir dan batin. Untuk itu, asrama haji selalu menjaga ketat pintu gerbangnya. Kenyataannya, banyak sanak saudara yang mencuri-curi waktu menemui calon haji ini. (Wakhudin/”PR”)***

0 Comments:

Post a Comment

<< Home